Sosialisasi Penerapan Budaya Pemerintahan SATRIYA di Kalurahan Guwosari untuk Optimalkan Reformasi
Guwosari, 6 Januari 2025 — Dalam rangka mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan mewujudkan pemerintahan yang lebih efektif dan akuntabel, Kalurahan Guwosari menggelar kegiatan sosialisasi penerapan budaya pemerintahan SATRIYA pada Senin, 6 Januari 2025. Kegiatan yang berlangsung di Aula Kalurahan Guwosari ini bertujuan untuk menanamkan pemahaman tentang pentingnya penerapan budaya pemerintahan yang baik dalam menjalankan tugas pemerintahan di tingkat kalurahan.
Sosialisasi ini dihadiri oleh seluruh aparatur pemerintahan Kalurahan Guwosari, termasuk Pamong dan anggota Badan Musyawarah Kalurahan (Bamuskal). Sebagai narasumber utama, kegiatan ini menghadirkan Kepala Bagian Organisasi Setda Bantul, Agus Sriyana, SH, yang memberikan pemahaman mendalam tentang budaya pemerintahan SATRIYA dan relevansinya terhadap reformasi birokrasi yang tengah dijalankan oleh pemerintah.
Apa Itu Budaya Pemerintahan SATRIYA?
Budaya Pemerintahan SATRIYA merupakan akronim dari Solutif, Akuntabel, Transparan, Responsif, Integritas, Yang Berorientasi pada Pelayanan Publik, dan Amanah. Budaya ini diharapkan menjadi pedoman bagi seluruh aparatur negara untuk menciptakan sistem pemerintahan yang lebih bersih, profesional, dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Agus Sriyana, dalam pemaparannya, menjelaskan bahwa budaya pemerintahan SATRIYA merupakan bagian integral dari Reformasi Birokrasi yang bertujuan untuk memperbaiki sistem pemerintahan agar lebih bersih, efisien, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Penerapan nilai-nilai dalam budaya SATRIYA diharapkan dapat memperkuat komitmen pemerintah untuk bekerja dengan lebih baik, lebih transparan, dan lebih akuntabel.
Penerapan Nilai-Nilai SATRIYA dalam Pemerintahan Kalurahan
Menurut Agus Sriyana, penerapan budaya pemerintahan SATRIYA di tingkat kalurahan sangat penting untuk memastikan bahwa pemerintahan di tingkat desa atau kelurahan tidak hanya memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat, tetapi juga beroperasi dengan prinsip-prinsip yang bersih dan transparan.
Adapun penjelasan tentang setiap nilai dalam budaya SATRIYA yang perlu diterapkan oleh pamong kalurahan adalah sebagai berikut:
-
Solutif
Pemerintahan yang solutif berarti mampu memberikan solusi terbaik atas masalah atau kebutuhan masyarakat dengan cara yang efektif dan efisien. -
Akuntabel
Setiap tindakan dan keputusan yang diambil oleh aparatur pemerintahan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Ini mencakup aspek administrasi, anggaran, serta pelayanan kepada masyarakat. -
Transparan
Pemerintahan yang transparan menjamin bahwa setiap kebijakan dan prosedur dapat diakses dan dipahami oleh masyarakat, sehingga tidak ada ruang untuk penyalahgunaan kekuasaan. -
Responsif
Aparatur pemerintahan harus tanggap dan cepat dalam merespons kebutuhan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat, serta mampu memberikan pelayanan dengan baik. -
Integritas
Setiap pegawai pemerintah diharapkan memiliki integritas yang tinggi, tidak terlibat dalam praktik-praktik korupsi atau penyalahgunaan jabatan. -
Berorientasi pada Pelayanan Publik
Pemerintahan yang baik harus selalu berfokus pada kepuasan masyarakat, dengan memberikan pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan harapan warga. -
Amanah
Setiap aparatur pemerintahan harus menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan tidak menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi atau golongan.
Tujuan dan Harapan Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran seluruh aparatur pemerintahan Kalurahan Guwosari mengenai pentingnya penerapan budaya pemerintahan SATRIYA. Dengan menginternalisasi nilai-nilai SATRIYA, para pamong dan Bamuskal diharapkan mampu bertransformasi dalam memberikan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih transparan kepada masyarakat.
Lurah Guwosari dalam sambutannya menyatakan, "Sosialisasi ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas pemerintahan di Kalurahan Guwosari. Dengan menerapkan budaya SATRIYA, kita semua diharapkan bisa bekerja lebih baik dan lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat."
Sementara itu, Agus Sriyana juga menekankan bahwa penerapan budaya SATRIYA bukan hanya sekadar seremonial, tetapi harus menjadi bagian dari pola pikir dan tindakan sehari-hari dalam bekerja. "Budaya SATRIYA akan membantu meningkatkan kepercayaan publik kepada pemerintah, sekaligus mempercepat pencapaian tujuan reformasi birokrasi yang lebih baik," ujarnya.
Dengan semangat baru yang didorong oleh budaya pemerintahan SATRIYA, diharapkan Kalurahan Guwosari dapat menjadi contoh bagi kalurahan lainnya dalam menerapkan prinsip-prinsip pemerintahan yang bersih, transparan, dan melayani masyarakat dengan sepenuh hati.
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin