Ngumbar Polah #2: Festival Lomba Tari dan Gelar UMKM guna Menggali Potensi Budaya

18 September 2024
KKN UNY
Dibaca 79 Kali
Ngumbar Polah #2: Festival Lomba Tari dan Gelar UMKM guna Menggali Potensi Budaya

Festival tari se-DIY bertajuk "Ngumbar Polah #2" sukses digelar di Padukuhan Kalakijo, Guwosari, dengan penuh antusiasme. Acara ini menjadi wadah bagi anak-anak dari berbagai daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam gerak tari. Festival ini bukan hanya sekadar ajang kompetisi, tetapi juga perayaan seni dan budaya yang diharapkan mampu menjaga kelestarian tradisi tari di kalangan generasi muda.

Peserta yang mengikuti festival "Ngumbar Polah #2" datang dari berbagai kabupaten dan kota di DIY dari kelompok tari dengan tari kreasi tradisional. Setiap kelompok berkompetisi menunjukkan kemampuan mereka dalam menari dengan pola gerak yang beragam dan unik. Penampilan mereka tak hanya dinilai dari segi teknik, namun juga dari ekspresi, keselarasan gerak, dan keunikan koreografi yang mencerminkan kreativitas masing-masing tim.

Tak hanya festival tari, acara ini juga diramaikan dengan hadirnya Pasar Semesta, sebuah pameran UMKM dari wilayah Guwosari. Stand-stand yang berjejer rapi menawarkan berbagai produk lokal, mulai dari kerajinan tangan, makanan tradisional, hingga produk fashion khas daerah. Pasar Semesta menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung festival, karena mereka dapat berbelanja sekaligus menikmati pertunjukan tari.

Acara ini dirancang tidak hanya untuk menjadi ajang seni, tetapi juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. UMKM yang tergabung dalam Pasar Semesta mendapatkan kesempatan untuk mempromosikan produk mereka kepada khalayak yang lebih luas, sekaligus menguatkan potensi ekonomi lokal Guwosari. Kolaborasi antara seni dan ekonomi ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Dalam kompetisi tari "Ngumbar Polah #2", para peserta memperebutkan beberapa penghargaan bergengsi. Para pemenang akan mendapatkan piala wakil bupati, sertifikat, serta uang pembinaan. Penghargaan ini diharapkan bisa memotivasi para penari muda untuk terus mengembangkan bakat dan kreativitas mereka di bidang tari. Selain itu, bagi para penari, kemenangan di ajang ini bisa menjadi langkah awal menuju karier profesional di dunia seni.

Tidak hanya itu, para juri yang diundang untuk menilai kompetisi ini adalah para praktisi tari berpengalaman yang telah memiliki reputasi di tingkat nasional. Kehadiran mereka memberikan bobot pada acara ini, sekaligus memastikan penilaian yang objektif dan berkualitas. Proses penjurian yang ketat menjadikan kompetisi ini sangat kompetitif dan memacu para peserta untuk memberikan penampilan terbaik mereka.

Festival tari ini juga berhasil menarik perhatian masyarakat luas. Pengunjung dari berbagai kalangan, baik dari dalam maupun luar Padukuhan Kalakijo, memadati area festival untuk menyaksikan penampilan para penari. Antusiasme penonton menjadi bukti bahwa tari masih memiliki tempat yang penting di hati masyarakat DIY, dan festival ini menjadi salah satu cara efektif untuk melestarikan budaya tari.

"Ngumbar Polah #2" juga menjadi ajang yang inklusif, di mana semua orang, baik tua maupun muda, dapat menikmati keindahan seni tari. Selain sebagai hiburan, festival ini memberikan edukasi bagi generasi muda tentang pentingnya menjaga budaya lokal. Seni tari tidak hanya dilihat sebagai bentuk ekspresi, tetapi juga sebagai identitas yang perlu dilestarikan.

Kegiatan ini merupakan upaya bersama untuk mengangkat kesenian lokal ke panggung yang lebih besar. Dengan terus mengadakan festival seperti "Ngumbar Polah #2", diharapkan semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk belajar dan melestarikan seni tari. Selain itu, kolaborasi dengan UMKM setempat menunjukkan bahwa seni dan ekonomi bisa berjalan beriringan dalam memajukan masyarakat.

Secara keseluruhan, "Ngumbar Polah #2" telah menjadi bukti nyata bahwa seni dan budaya masih hidup dan berkembang di DIY. Dengan menggabungkan kreativitas, semangat kompetisi, serta dukungan terhadap ekonomi lokal, festival ini berhasil menciptakan ruang bagi ekspresi seni yang sekaligus mendukung kesejahteraan masyarakat.