KKN UIN SUKA Gelar "Bincang Sejarah Islam Guwosari", Hadirkan Roni Sadewo, Penutur Babad Diponegoro

07 Mei 2024
KKN UIN
Dibaca 278 Kali
KKN UIN SUKA Gelar

Bantul, 6 Mei 2024  |  Reporter: Ainun Najib Taqi

Kelompok KKN Konversi (KKN-K) Pajangan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2024 mengadakan kegiatan refleksi sejarah peradaban kebudayaan Islam di Guwosari bersama penutur Babad Diponogoro yang hadir sebagai narasumber. Kegiatan tersebut dikemas dengan acara Bincang Sejarah yang bertemakan “Refleksi Nilai Islam dalam Sejarah Perjuangan Pangeran Diponogoro di Selarong dan Relevansinya pada Masa Generasi Z”. Kegiatan tersebut diinisiasi oleh seluruh anggota KKN-K Pajangan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selaku ketua panitia, Annuril Khakim telah menyampaikan harapannya atas penyelenggaraan kegiatan Bincang Sejarah tersebut, “acara ini kami sembahhaturkan kepada masyarakat Guwosari agar ke depannya bisa lebih giat lagi dalam merawat warisan para pendahulu”ujarnya dalam sambutan.

Acara Bincang Sejarah tersebut dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 5 Mei 2024 pukul 10.00 WIB yang bertempat di dusun Kembang Putihan, tepatnya di pendopo wisata Goa Selarong. Goa Selarong sendiri merupakan salah satu situs sejarah peradaban Islam yang dikelola oleh kelurahan Guwosari. Selain itu, Goa Selarong juga merupakan situs sejarah yang juga menjadi objek penelitian kelompok KKN-K Pajangan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di Guwosari, dan menurut sumber informasi yang diperoleh Goa Selarong merupakan salah satu situs sejarah peradaban Islam yang sangat erat kaitannya dengan Pangeran Diponegoro.

Sambutan antusias masyarakat Guwosari menjadi modal utama atas terlaksananya kegiatan Bincang Sejarah tersebut, bahkan menuai pujian dan dukungan positif dari pihak pemerintah kelurahan Guwosari. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Lurah Guwosari dalam sambutan pembukaannya pada saat kegiatan Bincang Sejarah berlangsung. “Salah satu keistimewaan Guwosari terlatak pada banyaknya jejak peradaban sejarah Islam yang ditemukan, namun, yang menjadi kelemahannya ialah minimnya pengetahuan masyarakat atas historis jejak sejarah tersebut, dan dengan adanya acara ini kami berharap dapat menutupi kelemahan tersebut” ungkap Lurah Masduki Rahmad, SIP., dalam sambutannya.

Kegiatan Bincang Sejarah tersebut dimeriahkan oleh dua pemateri yang cukup ahli di bidang pengetahuan sejarah, yaitu Ki Roni Sadewo (pemateri 1, penutur Babad Diponegoro), M. Yaser Arafat (pemateri 2, Dosen UIN Sunan Kalijaga sekaligus penulis buku Nisan Hanyakrakusuman), dan dimoderatori oleh Zakia Ilma Mazida (mahasiswa KKN Konversi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta). Berdasarkan data yang tercatat pada lembar kehadiran peserta, acara Bincang Sejarah dihadiri oleh kurang lebih 50 peserta, meliputi tokoh masyarakat setempat dan umum, anggota Karang Taruna Kelurahan Guwosari Dipo Ratna Muda, perwakilan Karang Taruna Kembang Putihan HIMAMIKE, mahasiswa aktif beberapa universitas, seperti Universitas Janabadra, UIN Sunan Kalijaga, UNY, dan universitas lainnya.

Dalam acara bincang sejarah tersebut, terdapat dua (2) poin yang menjadi pokok pembahasan yaitu tentang perjalanan spiritual Pangeran Diponegoro dan jejak Islamisasi di Guwosari. Poin pertama dibahas langsung oleh pemateri 1, yaitu Ki Roni Sadewo, sedangkan poin kedua dibahas oleh M. Yaser Arafat selaku pemateri 2. Tujuan dilaksanakannya acara Bincang Sejarah tersebut yakni untuk mengedukasi tentang pengetahuan sejarah peradaban Islam di Guwosari dan Babad Pangeran Diponegoro di Goa Selarong kepada masyarakat terutama para pemuda Kelurahan Guwosari yang secara khusus menjadi objek utama dalam acara tersebut.

Saya berharap acara ini memberikan dampak positif terhadap masa depan ilmu pengetahuan terutama di bidang sejarah, dan juga para pemuda diharapkan lebih menguasai mendalam lagi sejarah pendahulu guna menghormati jasa-jasa beliau ujar Ki Roni pada saat sesi diskusi berlangsung. Tutur Ki Roni Sadewo tersebut sekaligus mengakhiri sesi diskusi yang kemudian dilanjutkan dengan serah terima cinderamata oleh ketua panitia dan sesi foto bersama sebagai penutup acara Bincang Sejarah.