KKN-T Pringgading : Sosialisasi Pengelolaan & Pemilihan Sampah Menjadi Produk Yang Bernilai Guna
Di tengah semangat untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan lestari, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) dari Universitas Alma Ata Yogyakarta membawa perubahan positif ke komunitas sekitar. Pada Jum’at, 08 Maret 2024, mereka menggelar acara sosialisasi yang bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih dalam tentang pengelolaan dan pemilahan sampah di wilayah Pringgading. Acara ini menjadi momentum penting bagi masyarakat setempat untuk memahami pentingnya peran mereka dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Sampah telah menjadi masalah yang belum dapat diatasi di Indonesia. Dan pengelolaan sampah belum secara maksimal dilakukan. Penanganan dan permasalahan sampah di padukuhan Pringganding yang harus dimulai dari sumbernya yaitu rumah tangga dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Pengurangan sampah dengan metoda 3R (Reduce, Reuse, Recycle) berbasis masyarakat yang lebih menerapkan cara pengurangan sampah yang dibuang oleh individu, rumah, atau kawasan seperti RT ataupun RW.
Sampah digolongkan menjadi 2 golongan yaitu:
1. Sampah Organik: Sampah organik adalah jenis sampah yang berasal dari bahan-bahan organik, seperti sisa makanan, daun, atau kertas. Sampah organik dapat diurai oleh organisme pengurai menjadi kompos atau digunakan dalam proses pembuatan energi.
2. Sampah Anorganik: Sampah anorganik adalah jenis sampah yang terdiri dari bahan-bahan non-organik, seperti plastik, kaca, logam, dan kertas yang dilapisi bahan kimia. Sampah ini cenderung tidak mudah terurai dan memerlukan proses daur ulang atau pemrosesan khusus.
TPS3R Guwosari mempunyai istilah sendiri yaitu sampah dibagi menjadi 4 dengan istilah bahasa jawa agar masyarakat setempat dapat mudah memahami dalam mengelola dan memilah sampahnya, Yaitu :
1. Bosok ( Limbah dapur atau yang 2 hari membusuk )
Sampah bosok dikelola menjadi maggot, dimana sampah bosok yaitu sampah yang berjenis basah, misalnya limbah dapur yang sudah membusuk 2 hari, kemudian diadakan pegomposan ada upaya lain yang bisa dilakukan yaitu dengan budidaya BSF (Black Soldier Fly) adalah sejenis lalat berwarna hitam yang larvanya (maggot) mampu mendegradasi sampah organik. Maggot atau belatung yang dihasilkan dari telur lalat hitam (BSF) sangat aktif memakan sampah organik. Proses biokonversi oleh maggot ini dapat mendegradasi sampah lebih cepat, tidak berbau, dan menghasilkan kompos organik, serta larvanya dapat menjadi sumber protein yang baik untuk pakan unggas dan ikan. Proses biokonversi dinilai cukup aman bagi kesehatan manusia karena lalat ini bukan termasuk binatang vektor penyakit.
Kemampuan BSF mengurai sampah organik tak perlu diragukan lagi. Maggot membutuhkan sampah organik untuk tumbuh selama 25 hari sampai siap dipanen. Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik 2 sampai 5 kali bobot tubuhnya selama 24 jam. Satu kilogram maggot dapat menghabiskan 2 sampai 5 kilogram sampah organik per hari. Maggot yang sudah menjadi prepupa maupun bangkai lalat BSF masih bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena kaya protein. Kepompongnya juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, sehingga dalam proses budidayanya tidak menghasilkan sampah baru. Cara budidaya maggot juga terbilang mudah. Yang dibutuhkan yaitu kandang lalat BSF yang berfungsi sebagai tempat BSF kawin dan memproduksi telur hingga penetasan. Kandang ditutup kawat atau kasa dan diletakkan di tempat yang terkena sinar matahari. Untuk tempat bertelur bagi lalat BSF betina, perlu disiapkan kardus, kayu, atau papan yang memiliki celah. Taruh telur di media penetasan berupa box atau wadah kecil. Telur akan menetas dalam 3-4 hari. Terakhir, siapkan rak atau biopond untuk tempat pembesaran maggot.
2. Rosok ( Kertas, Botol, Kaleng, Besi, Plastik, Logam, Kaca )
Sampah rosok atau sampah yang memiliki nilai ekonomis terdiri dari berbagai jenis bahan seperti kertas, botol plastik, kaleng, besi, plastik, logam, dan kaca. Yang mana sampah rosok ini diolah dengan cara di press menggunakan mesin press untuk mengurangi penggunaan spash berlebihan, yang mana nanti hasilnya akan dijual kepada perusahaan yang mengelola atau yang mendaur ulang. Adapun sampah kain nantinya akan dibakar dan dicetak biopond, biopond itu ada tempat yang digunakan untuk budidaya maggot, Logam menjadi harga tertinggi yaitu 1 kg / 90 Rb.Jenis-jenis sampah ini yang umum dihasilkan dari aktivitas sehari-hari manusia. Dan dapat di daur ulang salah satu cara untuk mengelola sampah-sampah tersebut agar dapat digunakan kembali dan tidak menumpuk di tempat pembuangan akhir.
3. Popok ( Pempres, Pembalut, Masker, Kain, Styrofoam, Tisu )
Sampah popok di notaben didominasi oleh popok bayi dan pembalut wanita dioleh dengan cara dimasukan kedalam mesin pecacatila, untuk dipisahkan dengan jell yang ada di dalam sampah tersebut guna mengurangi kadar air sebelum nantinya dibakar menggunakan mesin insinerator. Jell hasil pemisahan menggunakan mesin pencacatila digunakan sebagai campuran media tanam untuk mendukung sektor pertanian karena daya serap jell tersebuat dapat membantu pempertahankan kadar air lebih lama pada media tanam. Kemudian abu otput pembakaran juga dapat digunakan sebagai campuran media tanam karena kandungan karbonnya dapat digunakan dipertanian.
4. Godong tok ( Daun, Sayuran, Kulit buah ) dijadikan pupuk kompos.
Sampah godong tok atau yang didominasi oleh daun-daun sisa tanaman digunakan untuk membuat kompos dimana kompos ini dapat digunakan untuk mendukung sektor pertanian.
Dalam pengelolaan sampah kita perlu tahu volume atau presentasi sampah yang masuk ke TPS tiap harinya berapa. Contoh sampah yang masuk ke TPS3R Guwosari 2 ton yang mana dari 2 ton itu terdiri dari 55% organik, sedangkan 22% residu dan selebihnya sampah yang mempunya sampah ekonomis. Ketika ingin memnyesuaikan sampah berarti yang disesuaikan sampah disidunya, misal dari 22% tersebut kurang lebih 400kg residu, sedangkan di TPS3R Guwosari terdapat incenerator memiliki kapasitas 1 ton dalam 1 hari. Incenerator adalah alat yang diberikan kepada kelurahan Guwosari dalam pengelolaan sampah, yang mana bentuk kerja sama dari BNI dan Universitas Alma Ata yang sudah terverifikasikan bisa dikatakan ramah lingkungan, incinerator ini menjadi solusi agar TPS tidak membuang sampah lagi ke TPA Piuangan yang membantu penyelesaian sampah berakhir ditempat kelurahan dan tidak membuang sampah ke TPA. TPS3R Guwosari menerapkan SOP Sampah masuk hari itu dan selesai hari itu supaya tidak terjadi penumpukan sampah.
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin